Kamis, 19 Juni 2008

Kita semua Sama

Kali ini tidak berbeda dengan hari-hari sebelumnya, bis yang kutumpangi tetap sama, bernomorkan delapan sembilan, tertulis di-sebelah nomor itu petunjuk arah Blok M - tanjung Priuk, kondisi bis biarpun dipandang selintas tetap meberikan kesan sudah tidak layak lagi berlalu lalang untuk membelah jakarta,bobrok, berjalan denga asap yang tebal, tapi inilah indonesia, negaraku yang sebagaian besar penghuninya gemar menyimpan barang-barang yang sekiranya masih bisa dipakai padahal sudah selayaknya dimuseumkan.
Berjalan cukup lambat, sesekali berhenti dan kernet berteriak-teriak menawarkan tumpangan, penumpang mulai kepanasan, ada yang kipas-kipas, ada yang menggerutu, ada yang berusaha menenangkan diri, kalau dipikir dan dilihat untuk apa cape-cape si kernek berteriak, toh para penumpang tidak bodo-bodo amat, tapi sekali lagi inilah negara indonesiaku
Bau , berasal dari yang ada di dalam bis, entah itu keringat, napas para penumpang ataupun barang yang dibawa. terkadang juga, bau yang ada di dalam bis itu tercampur dengan bau-bau berasal dari selokan/parit-parit, menumpuknya sampah dan tidak tertibnya masyarakat menyebabkan penumpukan sampah dimana-mana yang lama kelamaan menimbulkan bau busuk
Terlihat wajah-wajah yang ada di dalam bis, wajah pasrah dan penuh harap, penumpang yang sedang berdiri berharap akan ada penumpang lain turun dari bis sehingga dapat segera duduk melepaskan penat walaupun malah tambah penat, sedangkan yg lain sibuk mengatur posisi ternyaman walaupun tempat duduk bis tidak begitu empuk, walaupun pada akhirnya kaki akan terasa pegal karena tidak bisa "selonjoran" ditambah lagi kalo ada pengamen yang sedari awal entah memang berniat untuk menghibur atau sekedar mencari rejeki, dan terkadang para penumpang tidak semua yg merasa terhibur ataupun membawa uang kecil. kita tidak pernah tahu rasa masing-masing setiap individu, tetapi tetap saja "dan mungkin bila nanti kita akan bertemu lagi...."(reff peterpan-)

Minggu, 15 Juni 2008

IBU

Paras wajahnya menggambarkan ketabahan,ketegasan namun juga kelembutan. Postur tubuhnya termasuk semampai untuk ukuran wanita, kulit kuning langsat membalut sekujur tubuhnya.

Cara bicaranya terdengar penuh simpati dan sewaktu-waktu tersirat ketegasan. Jika kemarahan mendera jangan coba-coba membela ataupun mencari-cari alasan, bak seekor singa betina, auman-nya sanggup membuat diri bergetar menahan takut.

Cekatan, lincah dan penuh semangat tergambar dalam setiap gerakannya, terkadang gerakannya juga mengandung kelembutan.

Siap berkorban buat yang dicintainya adalah sifat dasarnya. Dalam hidupnya banyak sekali cita-cita yang telah diwujudkan. Semua itu hanya demi mahkluk yang dikasihi dan disayanginya.

Singa betina itu kini banyak menikmati hidupnya, mengabdi pada pencipta dan pasangannya serta buah hatinya.

Sesekali kegarangannya terlihat dan berdiri paling depan apabila ada ancaman.

Singa betina itu kini banyak berdiam diri,cita-nya hanya dipendam dalam hati sesekali diceritakan pada lain-nya, singa betina itu kini...

Singa betina itu kini menjadi singa betina yang penuh kharisma, dia akan menyerang bila diserang. Jangkauannya melebihi pikiran musuhnya.

Singa betina itu kini banyak berharap pada singa kecilnya yang harus meneruskan cita-nya. Untuk terus maju tanpa takut pada apapun kecuali pada Pencipta.

Singa betina itu hanya dapat bermunajat agar singa-singa kecilnya menjadi raja di bumi ini serta bahagia di akhirat nantinya. Hutan belantara besi bukan aral yang berarti selama singa-singa kecilnya memiliki cakar dan taring pilihan.

JAKARTA

Ukuran jalan itu tidak begitu besar namun cukup buat dilewati 2 sepeda motor jika berpapasan. Memmang kdang harus menunggu dengan berhenti dahulu apabila dari arah berlawanan ada penjual gorengan ataupun siomay yang ingin lewat. Tapi jalan itu tidak satu-satunya jalan utama yang dilewati, banyak jalan-jalan alternative lain. Bahkan ada jalan yang hanya cukup 1 tubuh orang dewasa saja jika dilewati.

Jalan-jalan itu semua saling berhubungan, jika mau dihitung bisa mencapai puluhan jalan tembus yang saling berhubungan. Ciri khas inilah yang menjadikan Jakarta sebagai Jakarta. Tidak mengalaminya seperti ada sesuatu yang kurang, di ibaratkan makanan, ” tidak enak apabila makan nasi+ikan asin tanpa sambal”.

Nikmatilah semua aspek alur kehidupan, mulai dari sosial, budaya dan sistem bangunan yang carut marut. Seperti halnya seni, jakarta akan terasa indah bila dirasakan tanpa harus dimengerti terlebih dahulu. Hutan besi, hutan beton, julukan yang lumayan tepat untuk jakarta ini. Banyak cerita, banyak kisah, banyak jalinan drama jika tertarik mengikutinya, terlibat pun tak apa jika ingin.

Guratan-guratan jejak perjalanan hidup para pejuang ada disetiap wajah, jakarta telah menggoresnya, jakarta telah menorehkan jejaknya diwajah-wajah pejuang kehidupan. Entah apa yang dicari, entah apa yang didapat. Tetapi jakarta berhasil membekas disetiap kulit wajah para pencari guratan-guratan.

KEGELISAHAN

kegelisahan, dan keserba-salahan dalam langkah awal terkadang membuat sesuatu itu menjadi rumit, tak terkontrol. Sedari awal pilihan itu adalah mutlak. Keraguan sebuah kesalahan yang dapat diperbaiki.

Cakrawala pikiran berputar-putar mencari cara agar bisa cepat keluar, semangat dan harapan menjadi satu, bahu membahu melawan semua kesemerawutan kegelisahan. Tidak seperti yang sudah-sudah, rasa mulai meredup untuk melakukan transenden. Tinggal keimanan yang sejak awal membuncah melebihi keredupan.

Lari adalah jalan terbaik untuk mengejar semua yang tertinggal dan akan dicapai, dengan kecepatan serta tenaga yang tersimpan raihlah segala-galanya. Arah yang akan di tuju sudah jelas didepan mata, didepan cita.

Keangkuhanku akan menaklukkan segalanya, dengan jalan kebenaran tentunya. Dengan jalan kebaikan tentunya. Dengan semangat membara pastinya. Terdiam sesaat, terpaku sesaat.

Rindu akan kedamaian, rindu akan kenyamanan, rindu untuk transenden. Merangkak semangat ini mencapai puncak keresahan, terlalu lama rasa ini terdiam untuk mengumpulkan kuasa.